[SAFETYCLOPEDIA] - MEDIA PEMADAM KEBAKARAN MENGGUNAKAN APAR


Media Pemadam Kebakaran Menggunakan APAR



HALO SOBAT SAFECLO!

Tahukah kalian bahwa Indonesia merupakan negara kepulauan tropis yang memiliki beragam kekayaan alam. Namun, dibalik keberagaman kekayaan yang ada, Indonesia termasuk ke dalam negara yang berada di wilayah rawan terjadi bencana. Faktor penyebab terjadinya bencana pun dapat dibedakan menjadi 2, yaitu akibat faktor alam dan faktor manusia. Salah satu bencana yang menimbulkan banyak kerugian bahkan sering disebabkan oleh faktor manusia adalah bencana kebakaran. Menurut Sobat Safeclo, apa itu kebakaran? Dan bagaimana cara pengendaliannya? Yuk simak penjelasannya!


Kebakaran merupakan salah satu bencana yang sering terjadi di Indonesia dan sebagian besar penyebabnya disebabkan oleh kelalaian manusia (human error). Kebakaran juga dapat diartikan sebagai suatu bencana yang disebabkan oleh adanya nyala api sehingga dapat menimbulkan kerugian. Adapun proses pembentukan api yang dijelaskan melalui teori segitiga api dan teori tetrahedron api. 


  1. Teori Segitiga Api

Segitiga api merupakan elemen-elemen pendukung terjadinya kebakaran, dimana elemen tersebut meliputi panas, bahan bakar, dan oksigen. Namun, apabila salah satu dari ketiga unsur tersebut tidak ada maka api belum dapat terjadi dan hanya menghasilkan pijaran saja. Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa dengan menghilangkan salah satu komponen dari segitiga api dapat mencegah proses pembentukan api sehingga dijadikan cara untuk pencegahan terjadinya kebakaran dan pemadaman api (Tambun et al., 2023). 

  

  1. Teori tethahedron api

Tetrahedron of Fire merupakan pengembangan dari teori segitiga api dimana selain ketiga unsur penyalaan api berupa bahan bakar, sumber panas, dan oksigen, masih terdapat satu unsur lagi yang sangat mempengaruhi penyalaan api, yaitu rantai reaksi kimia. Konsep keempat unsur api inilah yang menjadi landasan dalam pengembangan teori kebakaran, serta menjadi acuan yang baik dalam mengembangkan sarana dan teknik pemadaman kebakaran. 




Wah, dari pernyataan di atas Sobat Safeclo dapat pengetahuan baru nih bahwa nyala api tidak terjadi begitu saja tetapi perlu  adanya unsur-unsur lain dengan standar tertentu sehingga nyala api dapat ditimbulkan. Lalu, setelah adanya api apakah hal tersebut dapat dikatakan telah terjadi kebakaran, Sobat Safeclo? Tentu tidak ya. Api yang hanya sekedar menyala belum tentu dapat dikatakan telah terjadi kebakaran karena terdapat beberapa tahapan yang dapat menyebabkan terjadinya kebakaran. Yuk simak lebih lanjut lagi tahapan terjadinya kebakaran!


Terdapat beberapa tahapan sebelum api membesar dan menyebabkan kebakaran. Berikut ini proses terjadinya kebakaran (Admin, 2021). 

  1. Tahap penyalaan (Ignition)

Tahap ini ditandai dengan munculnya percikan api dalam ruangan, serta api yang ditimbulkan juga masih kecil.

  1. Tahap pertumbuhan (Growth period)

Api mulai berkembang membesar. Pada tahap ini api masih teralokasi dan temperatur ruangan masih relatif rendah yaitu di bawah 300 derajat.

  1. Tahap Flashover

Merupakan masa transisi dari tahap pertumbuhan dengan tahap pembakaran penuh. Proses pada tahap ini berlangsung dengan cepat, sekitar 300 – 600 deraj C.

  1. Tahap pembakaran penuh

Pada tahap ini kalor yang dilepaskan adalah kalor paling besar, karena kebakaran sudah terjadi pada seluruh ruangan.

  1. Tahap surut (Decay)

Tahap surut tercapai apabila material terbakar sudah habis dan suhu diruangan berangsur-angsur surut


Saat terjadi kebakaran pastikan diri untuk tidak panik dan segera lakukan pemadaman menggunakan media pemadaman api seperti Alat Pemadam Api Tradisional (APAT) atau Alat Pemadam Api Ringan (APAR). Pada kesempatan ini, Sobat Safeclo akan diberikan penjelasan khusus terkait pemadam api menggunakan APAR. Namun, sebelum lanjut lebih jauh kita harus terlebih dahulu terkait pengertian dari APAR. 


Menurut PER.04/MEN/1980, APAR merupakan alat pemadam api ringan yang dapat digunakan oleh setiap orang apabila terjadi kebakaran. Adapun jenis-jenis alat pemadam api ringan yang terdiri dari empat macam,diantaranya sebagai berikut.

  1. Jenis cairan (air)

Berisi cairan air biasa yang umumnya bervolume sekitar 9 liter dengan jarak semprotan mencapai 20-25 inci selama 60-120 detik. Apar ini sangat efektif untuk memadamkan kebakaran jenis A.

  1. Jenis busa (foam)

Alat ini biasanya terdiri atas 2 tabung dalam (aluminium sulfat) dan tabung luar (natrium bikarbonat). Jarak semprotan alat ini berkisar antara 20 inci dengan lama semprotan 30-90 detik. Efektif untuk memadamkan kebakaran kelas B. Pemadaman api menggunakan busa merupakan sistem isolasi, yaitu mencegah agar oksigen tidak mendapat kesempatan untuk beraksi, karena busa menyelimuti (menutup) permukaan benda yang terbakar. 

  1. Jenis tepung kering 

APAR jenis ini terdiri atas sodium bikarbonat 97%, magnesium steaote 1,5%, magnesium karbonat 1%, dan trikalsium karbonat 0,5%. Jarak semprotan mencapai 15-20 inci dengan waktu semprotan hingga 2 menit. Sangat efektif untuk tipe kebakaran kelas A, B dan C. Namun debu yang ditinggalkan apar ini dapat merusak bahan-bahan tertentu seperti mesin dan bahan makanan.

  1. Jenis gas (hydrocarbon bar halogen dan sebagainya) 

Terdiri dari cairan karbondioksida dan BCF dalam tekanan.Jarak semprotan bias mencapai 8-12 inci dengan waktu semprotan 8-30 detik saja. Efektif untuk kebakaran kelas B dan C.


Pada penjelasan jenis-jenis APAR telah dijelaskan klasifikasi kebakaran berdasarkan kelas-kelasnya. Berikut ini adalah penjelasan lebih lanjut dari jenis-jenis kelas kebakaran. 

  1. Kelas A: Kebakaran yang terjadi pada benda padat kecuali logam. Contohnya: kayu, plastic, kain, dll. Kebakaran kelas A dapat dipadamkan dengan menggunakan pasir/tanah, APAR dry chemical, dan foam. 

  2.  Kelas B: Kebakaran yang terjadi pada benda cair dan/atau gas. Contohnya: bensin, solar, minyak. Kebakaran kelas B dapat dipadamkan dengan pasir, APAR dry chemical, dan foam. Pada Kelas B, air tidak disarankan untuk digunakan. 

  3. Kelas C: Kebakaran yang terjadi pada peralatan listrik bertegangan. Kebakaran kelas B dapat dipadamkan dengan APAR dry chemical, APAR CO2.. Pada kebakaran kelas C, air tidak disarankan untuk digunakan.

  4.  Kelas D: Kebakaran yang terjadi pada bahan logam. Kebakaran pada kelas D dapat dipadamkan dengan menggunakan APAR sodium chloride dry powder. Padakebakaran kelas D, air tidak disarankan untuk digunakan.


Tahap selanjutnya kita juga perlu cara penggunaan APAR yang baik dan benar. Berikut ini tahapan penggunaan APAR. Simak baik-baik ya Sobat Safeclo!

  1. Pastikan bahwa Sobat Safeclo telah menggunakan APD.

  2. Kocok terlebih dahulu tabung APAR untuk memastikan bahwa tabung APAR aman dan tidak menggumpal. 

  3. Pastikan arah angin. Pemadaman api menggunakan APAR dilakukan dengan searah arah angin. 

  4. Atur posisi pemadam pada jarak 2 - 2,5 meter dari api.

  5. Tarik pin/putus segel pengaman pada pin operating lever.

  6. Pegang noozle dan arahkan pada sumber api.

  7. Semprotkan dari sisi ke sisi atau mengibaskan media pemadam api pada dasar nyala api sehingga oksigen tidak dapat ikut bereaksi. 


Wah cukup menarik sekali ya Sobat Safeclo terkait pembahasan kebakaran dan bagaimana cara pengendaliannya dengan menggunakan media pemadam APAR. Dengan adanya artikel ini, diharapkan Sobat Safeclo dapat menambah pengetahuin baru dan dapat mengetahui cara penggunaan APAR yang baik dan benar.